Sunday, May 24, 2015

Pantai nan Indah di Pelabuhan Ratu (Pengalaman Tak Terlupakan)



Pantai nan Indah di Pelabuhan Ratu
(Pengalaman Tak Terlupakan)


                Blogger dan surfer di seluruh tanah air, kali ini admin bersenang hati ingin membagikan pengalaman wisata admin dengan seluruh detail per hari. Sungguh gembira dan terlebih dahulu mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya admin masih dapat menulis dan terlindung dari marabahaya di sudut tempat wisata admin berkelana.

Jakarta - Pelabuhan Ratu, Jawa Barat/Kamis, 14 Mei 2015

                Awan pagi yang masih gelap menunjukkan pukul 04.00 WIB adalah waktunya untuk berangkat dari rumah. Melalui jalur Tol Ciawi-Bogor kami dapat langsung tiba dari Kranggan, Cibubur, Jak-Tim ke gerbang Tol Ciawi, Sukabumi, Jawa Barat hanya dalam waktu 15 menit. Begitu sampai di gerbang tol, kami langsung menyambung perjalanan ke arah Kota Sukabumi namun berbelok ke arah selatan menuju pantai dari kota tersebut agar lurus dari jalur umum ke jalur potong Pelabuhan Ratu-Sukabumi. Tadinya kami ingin jalur potong tersebut biar lebih cepat tiba 1 jam dari biasanya. Namun, dikarenakan rombongan kami terpisah, akhirnya kami langsung mengambil jalur biasa/umum atau jalur bus untuk pergi ke tempat tujuan.
                Jalur tersebut tidaklah nyaman dilewati dan banyak kendaraan besar yang lalu lalang dari arah sealur maupun berlawanan. Belum lagi dengan jalannya yang berliku-liku tajam dan turunan-tanjakan bisa mencapai 45 ˚ melewati 3 bukit besar.
                Setelah 2 jam pada pukul 11.00 WIB kami melewati jalur tersebut, tibalah kami di tempat wisata yang paling eksotik di Sukabumi yaitu Pelabuhan Ratu. Sebelum kami sampai di hotel tujuan kami, ada beberapa pegawai negeri sipil yang meminta bayaran sebesar Rp 30.000,-/mobil hanya untuk memasuki kawasan wisata Pelabuhan Ratu. Selama sekali admin ke sana, admin tidak pernah diminta uang sepeserpun untuk memasuki kawasan tersebut, terkecuali seperti yang ada di kawasan Ancol, Jak-Ut. Mereka meminta dengan alasan ‘Peraturan Baru Daerah untuk Pajak’. Dan teman ayah saya bertanya kepada petugas tersebut, “Sudah berapa lama peraturan ini berjalan?”. Lalu ia jawab, “Sudah 2 hari semenjak penetapannya”. Langsung salah satu dari kami berkata, “Saya telepon dulu ya orang pajak di sini! Biar jelas saya tau, bener gak?!!”. Dengan nada marah ia mengangkat telepon, yang sebenarnya ia hanya mengenal teman dari orang pajak tersebut. Lalu ketika teman ayah saya melihat ada sebuah mobil yang langsung melewati tempat tagihan itu, dengan kesalnya ia menyingkatkan urusan aneh ini dengan berkata, “Semalam saya baru saja melewati daerah ini untuk buking hotel tempat kami menginap dan tidak ada pungutan semacam ini!”. Dan lucunya adalah ternyata pegawai tersebut mengiyakan, “Oh iya ya!” (admin merasa kesal dengan jawaban itu). Kami dengan rasa  muak pergi dari tempat itu. Admin berpikir bahwa mobil berplat B diminta bayarannya oleh petugas, sedangkan mobil berplat lainnya tidak. Inilah salah satu ketidakadilan yang terjadi.
 
                Pemandangan indah nan eksotis mulai terlihat ketika kami memasuki kawasan wisata tersebut. Kami juga melewati suatu hotel yang paling menyeramkan di seluruh wilayah pantai selatan yaitu Samudera Beach Hotel. Di mana terdapat mitos bahwa hotel ber-13 lantai itu memiliki arwah Nyi Roro Kidul (Ratu Pantai Selatan) di lantai teratasnya. Dikabarkan pertama kali kamar di lantai tersebut pernah diinap oleh turis mancanegara. Pada awalnya turis tersebut mencium bau kemenyan menyengat. Kemudian ia mendengar suara banyak kuda berlari dari kamarnya. Lalu pada saat ia mengecek jendela keluar, tidak ada siapa-siapa yang membawa kuda di pantai. Lebih menyeramkannya lagi, tiba-tiba terlihat sosok wanita yang cantik dengan bajunya yang berwarna hijau dan biru meminta imbalan berupa nyawa sang turis tersebut.

Akhirnya turis itu terkapar mati karena ketakutannya yang luar biasa. Pengalaman itu membuat pihak hotel tidak memperbolehkan siapapun masuk dan menginap di sana terkecuali atas izin juru kunci kamar di lantai 13 itu. Kamar tersebut dijadikan tempat orang bersemedi dan meminta kekayaan. Setiap orang yang pernah ke sana pasti akan memiliki bau kemenyan di sekujur tubuhnya. Sehingga tiap kali ke sana, pengunjung harus bersiap-siap mengganti pakaian demi kebersihan. Setiap kunjungan harus membayar uang sebesar Rp 500.000 s/d bayaran terbesar yang dikasih serelanya oleh pengunjung kamar. Biaya sudah termasuk makanan, minuman ringan, dan beberapa mantera dan sesajen (sumber : penduduk setempat).
 Ada mitos, tentu ada larangannya. Pengunjung tidak boleh memakai baju berwarna hijau, biru dan merah di seluruh wilayah pantai selatan. Menurut penduduk setempat, Nyi Roro Kidul tidak ingin disaingi oleh seseorang yang memakai baju yang berwarna sama dengannya. Karena sudah banyak kejadian wisatawan asing maupun lokal yang menghilang di pantai dan lautnya. Mereka menantang dan berenang menggunakan baju tersebut. Diceritakan bahwa mereka terbawa arus ombak dan tergulung di bawah pusaran air hingga ke tengah laut dan meninggal. Bahkan wisatawan pernah menghilang karena gurita besar yang tersembunyi di bawah pasir laut dekat air laut. Masih banyak cerita tentang tempat wisata Pelabuhan Ratu, namun admin mengambil garis besar dari mitos-mitos yang ada.
                Sesampainya di cottage hotel tempat kami menginap selama 4 hari 3 malam, kami langsung berkelana ke kuil Nyi Roro Kidul. Pemandangan yang luar biasa indah dan disebutkan sebagai tempat yang romantis bagi pasangan adalah tempat sesajen dari penduduk kepada Sang Ratu . Banyak orang yang mandi di tempat itu agar katanya memiliki khasiat dan sebagainya. Jika ada permintaan katanya dapat terkabul. Admin tidak ingin pembaca maupun admin sendiri melakukan hal ini karena sudah melewati kuasa Tuhan Sang Pencipta.
                Sesaat kemudian, kami ternyata tidak dapat sampai ke kuil karena jalanan yang penuh dengan bebatuan berjarak jauh dan mesin mobil yang mulai berbau. Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan. Pada malam hari, kami berkumpul dan beribadah di cottage dan setelah itu, admin tertidur lelap.


Pelabuhan Ratu, Jawa Barat/ Jumat, 15 Mei 2015

                Pukul 05.00 WIB pagi menunjukkan waktunya kami mendengarkan renungan pagi yang dibawakan oleh salah satu jemaat. Sunrise di tempat yang asri seolah menyambut dan memberikan kelembutan suasana yang tidak bisa didapatkan di Jakarta Kota. Lingkungan alam laut dan cottage yang cukup mewah tertutup bilik menyatu padu dengan luar biasa mempesona. Setelah kami beribadah, kami bergegas jalan pagi di wilayah pinggiran pantai.
                Setelah melewati pinggiran pantai, kami makan siang dan mulai melakukan aktifitas masing-masing seperti kebiasaan di rumah. Pada siang hari admin langsung menyambangi tempat pengambilan foto terbaik menurut admin di pantai, yaitu batu karang besar di dekat cottage. 
                Dengan beberapa kegiatan permainan di sana dan mengadakan acara buka Sabat pada pkl 18.00 WIB, kami melewati hari itu dengan menyenangkan dan tidak ada halangan yang berarti.


Pelabuhan Ratu, Jawa Barat/ Sabtu, 16 Mei 2015

                Tiba saatnya admin beribadah seperti biasa pada hari Sabtu atau yang biasa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menyebutnya sebagai Hari Sabat. Admin bangun dari pukul 05.00 WIB dan pergi ke tempat ibadah pada pukul 09.00 WIB.  Karena pada waktu itulah kami biasanya melakukan peribadatan. Seperti biasa kami membuka sekolah Sabat. Kami sempat dikunjungi oleh sekeluarga turis asing dari Belanda yang kala itu ingin berlibur selama seminggu di sana. Mereka mengatakan bahwa mereka hanya ingin melihat ibadah dan pujian kami selama sekolah Sabat berlangsung. Setelah acara sekolah Sabat selesai langsung diadakan acara khotbah sampai dengan selesai pada pukul 13.00 WIB.
                Diteruskan dengan acara Potluck atau acara makan siang pada hari Sabat, makanan langsung diantarkan dari tempat catering salah satu dari kami memesan. Beberapa anak-anak makan siang di dalam cottage, sedangkan orang-orang dewasa termasuk admin makan di pendopo pantai. Sudah jadwalnya beristirahat, admin tidur siang sampai dengan pukul 18.00 WIB admin menutup Hari Sabat bersama di tempat ibadah. Games, karaoke, dan acara seminar kesehatan pada malam minggu membuat suasana padam menjadi ceria. Admin pun kembali tertidur seperti biasa.

Pelabuhan Ratu - Jakarta/ Minggu, 17 Mei 2015

                Sekian banyak cerita, kegiatan, bahkan mitos yang ada di reat-reat bersama GMAHK Jemaat Kranggan, akhirnya sampailah pada penghujung acara. Pada pukul 07.00 s/d 10.00 WIB admin bersantai pemandangan dan lalu berenang di kolam hotel. Tempat tropis yang asri dan nyaman membuat admin merasakan seperti ‘surga dunia’. Kolam renang didisain baik sesuai dengan keadaan di pantai tersebut. Memang hotel tersebut didisain khusus untuk pengunjung asing terutama karena pemilik hotelnya sendiri adalah orang berkebangsaan Australia. Pukul 13.00 kami berangkat dari Pelabuhan Ratu menuju Jakarta. Sampailah kami di Jakarta pada pukul 18.00 WIB.
                Demikian kisah admin mengenai wisata kami dan seluruh jemaat GMAHK Kranggan di Pelabuhan Ratu. Mudah-mudahan ini sekaligus dapat menambah informasi wisata blogger maupun surfer di tanah air. Sehingga kalian dapat menikmati alam semesta senyaman mungkin di negeri tercinta kita Indonesia. Terus terang saja, setelah admin melihat banyak wisatawan asing dapat menikmati wisata lokal kita, mengapa kita sebagai warga Indonesia tidak bisa mencobanya? Carilah referensi-referensi mengenai keberadaan sumber daya alam kita seperti Gunung Bromo, Danau Tiga Warna, Kawah Putih di Bandung, Raja Ampat di Papua, dan lain-lain. Sebenarnya semua itu dapat ditemukan dan dinikmati oleh seluruh wisatawan lokal. Tidak hanya luar negeri terus yang menjadi dambaan setiap wisatawan. Jika mereka yang di luar negeri dapat menarik bangsa kita, lalu kenapa tidak bisa sebaliknya? Perlu ketekunan, kesabaran, dan kerja keras dalam menggali budaya kita yang sudah ada lalu dikembangkan menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan asing.
                Ada satu tempat wisata yang berhasil menggali budaya dan mengembangkannya seperti Saung Angklung Udjo di Bandung, Jawa Barat. Mereka dapat menghasilkan uang dari permainan mereka dan fasilitas pembuatan angklung yang sangat baik. Ribuan pengunjung asing per tahun menyamai jumlah pengunjung yang ada di Ocean Queen Hotel di Pelabuhan Ratu. Perbandingan yang sama dan yang paling membanggakan adalah pemilik wisata angklung berbangsa asli rakyat Indonesia, suku Sunda. Admin salut dengan segala kreatifitas dan pemikiran pemilik bale tersebut.
                Bali adalah provinsi yang penuh akan banyak kekayaan wisata alam dan buatannya. Di mana hanya satu-satunya provinsi di Indonesia yang diketahui oleh kebanyakan orang luar negeri. Sangat disayangkan bukan? Karena itu jadikanlah seluruh tempat bersih dan istimewa di depan mata rakyat kita sendiri. Jagalah kebersihan dan kesehatan alam dan tempat umum maupun pribadi. Selamat berwisata!